Trump Diduga Jadi Mata-mata Binaan Rusia

Trump Diduga Jadi Mata-mata Binaan Rusia – Mantan Kepala negara Amerika, Donald Trump, diucap digunakan jadi oleh Uni Soviet serta Rusia sepanjang 40 tahun.

Trump Diduga Jadi Mata-mata Binaan Rusia

eyespymag – Bersumber pada penjelasan dari mantan badan Tubuh Intelijen Uni Soviet( KGB), Yuri Shvets, yang diambil The Guardian, Sabtu( 30 atau 1), Trump turut berperan dalam agitasi anti- Barat.

Ia membandingkan posisi mantan kepala negara AS itu dengan jaringan agen rahasia Inggris” The Cambridge Five”, yang membagikan data rahasia ke Uni Soviet sepanjang Perang Bumi II serta dini Perang Dingin.

Dilansir dari cnnindonesia, Bagi pengakuan Shvets( 67), pada 1980- an ia dikirim ke Washington D. C., oleh Uni Soviet.

Kedoknya dikala itu merupakan jadi jurnalis buat kantor informasi Rusia, Tass. Ia alih dengan cara permanen pada 1993 serta mendapatkan kebangsaan Amerika Sindikat.

Baca juga : Kisah Wanita China Kerja Jadi Mata-mata

Shvets lalu bertugas selaku interogator keamanan industri serta ialah kawan kerja almarhum agen rahasia Rusia, Alexander Litvinenko, yang dibunuh di London, Inggris, pada 2006.

Statment Shvets pertanyaan Trump tertuang di dalam novel American Kompromat, yang ditulis oleh wartawan Craig Unger. Buatan yang sempat ditulis Unger tadinya di antara lain House of Trump serta House of Putin.

Dalam novel itu, Unger menggambarkan Trump awal kali menarik atensi Rusia pada 1977, dikala menikahi istri pertamanya, Ivana Zelnickova, seseorang bentuk asal Cekoslovakia( saat ini Republik Ceko).

Dikala itu, Trump jadi sasaran pembedahan agen rahasia kombinasi antara Biro Intelijen Cekoslovakia bertugas serupa dengan KGB.

3 tahun setelah itu Trump membuka bidang usaha properti besar pertamanya, Penginapan Grand Hyatt New York dekat stasiun Grand Central. Trump membeli 200 set tv buat penginapan itu dari Semyon Kislin, seseorang imigran Soviet yang turut mempunyai gerai perlengkapan elektronik Joy- Lud di Fifth Avenue.

Bagi Shvets, Joy- Lud dikendalikan oleh KGB serta Kislin bertugas selaku agen agen rahasia yang bekerja mencari banyak orang yang dapat direkrut serta dibina buat KGB.

Kislin memandang Trump mempunyai kemampuan itu.

” Kislin mengetahui Trump seseorang wiraswasta belia yang lagi naik daun serta potensial buat digunakan,” ucap Shvets pada The Guardian.

Pada 1987, Trump serta Ivana mendatangi Moskow serta St. Petersburg buat awal kali. Shvets pengaruhi Trump dengan membagikan bimbingan dari poin- poin yang sudah diformulasikan KGB.

Dikala itu ia ajak Trump wajib turun ke politik.

” Untuk KGB kepribadian menarik atensi. Mereka mengakulasi banyak data mengenai kepribadiannya alhasil mereka ketahui siapa ia dengan cara individu. KGB memandang ia( Trump) amat rentan dengan cara intelektual, intelektual, serta ia mengarah menggemari apresiasi,” ucap Shvets.

Sehabis kunjungan ke Moskow, Trump setelah itu mencari metode biar ia dilihat buat jadi calon akan calon kepala negara.

Ia pula memasang promosi di beberapa pesan berita terkenal ialah New York Times, Washington Post serta Boston Globe. Isinya merupakan opini yang meragukan kesertaan AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara( NATO) sampai mendakwa Jepang memanfaatkan AS.

Sehabis promosi itu timbul, Shvets kembali ke Rusia serta dipanggil mengarah arahan KGB dikala itu. Para pejabat KGB melaporkan terkesan sebab konsep mereka membina Trump buat memarginalkan pihak Barat menghasilkan hasil.

” Susah diyakini seorang ingin menerbitkan promosi sejenis itu dengan memajang namanya, serta promosi itu bergengsi beberapa golongan di Barat, serta kesimpulannya orang ini jadi kepala negara,” tutur Shvets.

Shvets meningkatkan, KGB setelah itu memanfaatkan Trump dengan berbohong tersanjung dengan tindakan Trump.

” Mereka memainkan game seakan mereka amat terkesan dengan kepribadiannya serta yakin kalau dialah yang hendak jadi kepala negara Amerika Sindikat sesuatu hari esok. Banyak orang semacam ia yang bisa mengganti bumi,” terangnya.

Game itu sukses serta jadi pendapatan besar untuk KGB. Kemenangan Trump dalam pemilu 2016 kembali disambut oleh Rusia.

Rusia memiliki cetak biru suatu inisiatif dari Center for American Progress Action Fund, serta menciptakan kalau regu kampanye serta peralihan Trump mempunyai paling tidak 272 kontak serta melaksanakan 38 pertemuan dengan agen Rusia.

Baca juga : 8 Fakta Tentang Program Penyiksaan CIA

Unger yang ialah pengarang 7 novel serta mantan pengedit penyumbang buat majalah Vanity Fair, turut membagikan pemikiran pertanyaan Trump.

” Ia merupakan peninggalan. Bukan konsep besar serta licik kalau kita hendak menjaga orang ini serta 40 tahun setelah itu ia hendak jadi kepala negara. Pada dikala diawali, ialah dekat 1980, Rusia berupaya merekrut semacam orang edan serta mengejar puluhan serta puluhan orang,” tutur Unger.

” Trump merupakan sasaran sempurna dalam banyak perihal: keangkuhan, narsisme buatnya jadi sasaran natural buat direkrut. Ia dibina sepanjang 40 tahun, hingga pemilihannya,” ucap Unger.